Routing Static vs. Routing Dynamic

Pada suatu masa, ada percakapan antara seorang engineer dengan dua buah router :)

engineer: hai router#1, bila ada paket yang menuju kota cirebon, tolong teruskan via cikampek ya.

router#1: (tanpa berpikir panjang router menjawab) siap pak! nanti saya teruskan via cikampek!

Lalu engineer segera melakukan komunikasi dengan router yang kedua.

engineer: hai router#2, saya baru saja berikan informasi bahwa dirimu ada di persimpangan jalan menuju kota Jakarta, kota Bandung, kota Jogjakarta dan kota Semarang. Apabila ada paket yang menuju ke salah satu kota-kota tersebut, tolong pikirkan kemana paket itu harus lewat.

router#2: (sambil berpikir router#2 menjawab) baik pak! saya akan berkomunikasi dengan router-router tetangga saya dan akan menanyakan lokasi yang harus dilewati paket-paket tersebut nantinya.

Pada pembicaraan pertama, engineer memberitahu router#1 tentang lokasi jalur yang harus dilalui sebuah paket. Router#1 tidak berpikir banyak dalam meneruskan paket karena sekedar menjalankan perintah dari engineer. Jenis routing seperti yang dilakukan oleh router#1 adalah jenis routing static.

Pada pembicaraan yang kedua, terlihat sekali bahwa router#2 perlu memikirkan cara dan jalur mana yang harus dilalui untuk paket-paket yang akan menuju kota Jakarta, kota Bandung, kota Jogjakarta dan kota Semarang. Untuk mendapatkan informasi yang lengkap, router#2 harus berkomunikasi dengan router-router tetangganya lebih dahulu baru, melengkapi tabel routingnya baru kemudian paket dapat dikirimkan. Jenis routing seperti yang dilakukan oleh router#2 adalah jenis routing dynamic.

Apabila dipahami dari overhead sebuah router, maka router#1 lebih efisien dalam menggunakan overheadnya, sebaliknya router#2 benar-benar memanfaatkan overheadnya untuk mendapatkan informasi routing yang lengkap. Dipandang dari penerapan dan skalabilitas dua model routing ini, maka routing static sangat terbatas, sedangkan penggunaan routing dynamic akan lebih fleksibel dan memiliki skalabilitas tinggi.